‘Darah’ Muhammad Subhan, Sebuah Kritik yang Menggelitik

Oleh Rika Silviani

‘Darah’, salah satu cerpen Muhammad Subhan yang terdapat pada antologi cerpen 25 Cerpenis Sumatera Barat yang berjudul ‘Potongan Tangan di Kursi Tuhan’ (2011). Cerpen ini memang beda dari cerpen yang lain. ‘Darah’ merupakan judul yang sangat unik dan penuh tanda tanya bagi pembaca. Apakah darah merah, darah muda, atau darah yang lainnya akibat kecelakaan atau pembunuhan. Semua itu akan terungkap pada cerpen “Darah” oleh Muhammad Subhan. Darah tak akan pernah berhenti untuk mengalir.

‘Darah’, cerpen yang mengangkat cerita tentang tuding menuding segolongan benda-benda tak bernyawa. Saling tuduh-menuduh atas kesalahan yang terjadi. Muhammad Subhan mampu menghidupkan benda mati menjadi hidup sehingga cerita menjadi menarik. Cerpen ‘Darah’ di mana dalam cerita tersebut, tanah, rumput, akar, kerikil dan pasir bahkan angin merupakan aktor yang paling menonjol dalam cerita tersebut.

Cerpen ‘Darah’ memiliki magic tersendiri dalam merespon pembaca dalam memahami dan menikmati alunan cerita yang berbeda. Penggunaan kata yang ambiguitas namun memiliki satu pokok permasalahan yang sangat penting dan terfokus. Muhammad Subhan tidak transparan dalam menulis cerpen ‘Darah’ ini. Dia merasakan sudah bosan dengan keadaan zaman sekarang. Dia melihat seorang koruptor merajalela di negeri ini lepas bebas begitu saja, sedangkan kita rakyat biasa yang ikut melarat dengan ulah mereka. Muhammad Subhan dengan berani mengawinkan kata-kata yang menarik dengan mengambil benda mati sehingga mereka mampu hidup seperti manusia yang saling tuding menuding dalam masalah-masalah yang ditimbulkan. Judul yang diambil oleh Muhammad Subhan sangat pas, sesuai dengan apa yang dirasakannya dan dialami oleh Muhammad Subhan. Melihat kondisi yang sedang amburadul, maka lahirlah cerpen ‘Darah’ yang menyinggung perbuatan para pejabat-pejabat negara yang tidak bertanggung jawab.

Cerpen ini membuka pikiran kita untuk melihat kondisi negara sekarang. Selama ini kita dibuat terlena oleh perbuatan pejabat yang duduk di bangku empuk menikmati kejayaan yang diraih. Tapi itu hanyalah topeng. Cerpen ‘Darah’ kritis dan dinamis. Walau sederhana tapi memiliki makna atau amanat yang dalam bagi setiap pembaca. Sangat unik memang cerpen ini. Penyampaian kondisi dan sindiran yang secara halus sehingga kita bisa tertawa membacanya.

Keadaan sosial masyarakat sekarang sangat rumit. Kita dibuai oleh perbuatan manis para koruptor. Katanya buat biaya masyarakat, tidak tahunya buat biaya sendiri. Perbuatan yang sangat keji dan hina. Yang lebih sadis, kesalahan yang dilakukan melibatkan orang-orang tak bersalah padahal masalah datang pada satu orang. Cukup tragis kehidupan sekarang. Cerpen ‘Darah’ mengungkap segala tabir yang tersembunyi selama ini. Memberikan kesadaran dengan diksi yang lain. Memberikan apa yang sebenarnya terjadi pada zaman ini.

Tidak mudah untuk melalui hal seperti itu. Kekuasaan yang berlebihan mampu menenggelamkan semua yang ada pada diri kita. Begitu juga yang ada pada cerpen ‘Darah’ tersebut. Dia mengibaratkan dan mampu dimengerti oleh pembaca. Membuat pembaca geleng-geleng kepala dan tersenyum manis dengan alur yang dibuat Muhammad Subhan. Seandainya dia langsung mengungkapkan isi cerita dengan cara yang polos dan terbuka maka pembaca akan langsung mendapat respon yang luar biasa. Pembaca akan semakin tertarik dengan dengan alur yang dibuat.

Tapi itulah seorang penulis mampu memainkan kata dengan manis sehingga pembaca berpikir berulang kali untuk memahami jalan ceritanya. ‘Darah’ simbolik bagi keadaan sekarang dan ancaman bagi kita semua. Hati-hati dengan darah karena darah merenggut semua kesucian apa pun dan siapa pun yang ada di sekitarnya. Tanpa pandang bulu.

Sebuah karya sastra yang bagus. Memberi inspirasi kepada setiap pembaca. Mampu menyampaikan apa yang dalam pemikiran penulis sehingga kita hanyut dalam suasana hati pengarang.

Cerpen ‘Darah’ sesuai dengan keadaan sekarang. Darah kotor telah merajalela di tubuh manusia. Darah yang sewaktu-waktu akan meninggalkan bekas dan merenggut kesucian manusia. Hati-hatilah dengan darah di sekitar kita. Suatu saat kita akan lena dengan merahnya darah dan manisnya madu yang dilontarkan, sehingga kita dibuat sengsara bahkan mereka yang duduk enak menikmati kemenangan atas penderitaan yang kita alami. Hidup ini penuh dengan kebohongan dan kecurangan. Tidak mau mempertanggungjawabkan atas kesalahan yang diperbuat.

Hanya mampu lempar batu sembunyi tangan. Lari dari masalah yang ada membawa fulus dan meninggalkan darah yang berserakan di mana-mana. Manusia sangatlah serakah dan pongah. Senang atas penderitaan orang dan lari dengan kesenangan yang didapat. Hancur hidup karena darah.

*) Penulis mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia UMSB Sumatera Barat

Sumber: Harian Singgalang 11 September 2011, Rubrik Estetika

Tinggalkan komentar