Menaklukkan Ego dan Mengubur Luka

MUHAMMAD SUBHAN
Penulis & Pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia

Lumrahnya, di Minangkabau, remaja dan pemuda (laki-laki), ketika sudah sampai umur, diharuskan—bahkan dengan kesadaran sendiri—merantau. Meninggalkan kampung halaman, mengadu nasib di negeri orang. Menjadi anak dagang. Mencari induk semang. Berpantang pulang jika belum membawa sesuatu yang membanggakan orang di kampung.

Dari merantau itu, lahir filosofi, karatau madang di hulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang paguno balun (keratau madang di hulu, berbuah berbunga belum, merantau bujang dahulu, di kampung berguna belum). Baca lebih lanjut

Novel “Kamu Itu Subhanallah”: Tentang Takdir dan Cinta yang Diam

MUHAMMAD SUBHAN
email: rinaikabutsinggalang@yahoo.com

NOVEL dengan tema percintaan tidak satu-dua. Sudah banyak. Sejak zaman Shakespeare hingga Asma Nadia, atau yang lebih muda dari itu, bertaburan di toko buku. Judul di sampul dengan kata “cinta”, bila diurutkan satu persatu, tak terhitung jumlahnya. Setiap pengarang lahir dan mati, novel-novel baru dengan tema-tema percintaan terus “diproduksi”.

Roman-roman era Pujangga Lama maupun Pujangga Baru, khususnya buku-buku yang diterbitkan Balai Pustaka, banjir dengan roman-roman percintaan—walau umumnya cinta dipakai sebagai ‘bumbu’ di balik semangat nasionalisme para pengarangnya. Menyebut beberapa roman percintaan itu, semisal: Binasa kerna Gadis Priangan (1931) karya Merari Siregar, Siti Nurbaya (1922) karya Marah Roesli, Ken Arok dan Ken Dedes (1934) karya Muhammad Yamin, Cinta yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928) karya Nur Sutan Iskandar, Sengsara Membawa Nikmat (1928) karya Tulis Sutan Sati, Darah Muda (1927), Asmara Jaya (1928) karya Djamaluddin Adinegoro, Salah Asuhan (1928), Pertemuan Djodoh (1933) karya Abdul Muis, dan banyak roman lainnya. Singkat kata, karya sastra dengan bumbu cinta tidak akan ada habisnya, sepanjang pengarang hidup. Baca lebih lanjut

Mencari Gadis Berwajah Kartun

Muhammad Subhan
MENCARI GADIS BERWAJAH KARTUN

aku mencari seorang gadis manis berwajah kartun
dengan senyum yang membingkai di bibirnya
tanpa polesan lipstik. bola matanya berbinar
tak berembun.

bila kautemukan gadis itu
tolong kabari aku
agar sudi dia bacakan maklumat ini:
Baca lebih lanjut

Tujuh Cerita di Kampung Kami

MUHAMMAD SUBHAN
email: rinaikabutsinggalang@yahoo.com

Cerita satu.

WARGA kampung kami sekarang berdompet tebal. Berjalan ke luar rumah terlihat segeh gayanya. Apalagi kalau celananya cutbray. Pasti berduit dia. Tetapi ketika ditanya apa isi di dompetnya itu, senyum-senyum saja dia. Bersemu merah pipinya. Rupanya, dompetnya hanya berisi kartu, bermacam-macam bentuk dan warna.

Sejak Kepala Kampung menjadi pemimpin di kampung kami, program unggulannya membagi-bagikan kartu, sementara yang dibutuhkan warga adalah duit untuk mengisi dompet dan memenuhi segala kebutuhan di rumah tangga. Engku Kari berpikir, andai saja kartu yang dibagikan Kepala Kampung itu bisa digesek di mesin ATM dan keluar duit, lumayan juga pikirnya.
Baca lebih lanjut

Melukis Kota Lewat Kata

MUHAMMAD SUBHAN
email: rinaikabutsinggalang@yahoo.com

Nasib kertas harus siap menjadi tempat menampung cerita.

Begitulah Aliya Nurlela—penulis novel “Lukisan Cahaya di Batas Kota Galuh” (2014)—membuka novelnya. Potongan cerita ia kutip-pungut dari beragam kisah kehidupan, diwujudkan dalam sosok Amila, tokoh utama novel ini, sejak kecil hingga remaja di Kota Galuh. Kota yang kurang akrab di telinga banyak orang, tetapi begitu dekat dan nyata bagi pembaca yang pernah lahir, besar, dan menikmati hidup di kota itu.

Semua cerita yang ditulisnya telah berumah di kertas setebal 505 halaman.

“Galuh” diadobsi dari nama sebuah kerajaan di Tanah Sunda, yaitu Kerajaan Sunda Galuh. Konon, kerajaan ini penyatuan dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Baca lebih lanjut

Laptop

MUHAMMAD SUBHAN

“Carilah yang lain, aku rela kau madu, atau kau ceraikan sekalipun,” kata Laptop itu kepada Lelaki di hadapannya.

Ruangan hening.

Waktu seolah berhenti.

Lelaki itu tercenung. Timbul rasa ibanya. Bertahun-tahun, sepenuh kesetiaan, Laptop itu telah menjadi kekasihnya, dalam suka dan duka. Melahirkan banyak kata-kata yang membuatnya hidup dan mewarnai kehidupannya. Baca lebih lanjut

‘Darah’ Muhammad Subhan, Sebuah Kritik yang Menggelitik

Oleh Rika Silviani

‘Darah’, salah satu cerpen Muhammad Subhan yang terdapat pada antologi cerpen 25 Cerpenis Sumatera Barat yang berjudul ‘Potongan Tangan di Kursi Tuhan’ (2011). Cerpen ini memang beda dari cerpen yang lain. ‘Darah’ merupakan judul yang sangat unik dan penuh tanda tanya bagi pembaca. Apakah darah merah, darah muda, atau darah yang lainnya akibat kecelakaan atau pembunuhan. Semua itu akan terungkap pada cerpen “Darah” oleh Muhammad Subhan. Darah tak akan pernah berhenti untuk mengalir.
Baca lebih lanjut

Masjid

MUHAMMAD SUBHAN
email: rinaikabutsinggalang@yahoo.com

Demokrasi itu hanya ada di masjid. Di tempat lain tidak. Kalau pun ada yang mengaku-ngaku, itu demokrasi yang dibuat-buat. Live service. Maka masjid adalah universitas terbaik untuk belajar berdemokrasi.

Lihatlah pembelajaran demokrasi di masjid. Siapa pun yang masuk masjid harus buka sepatu, buka sendal, buka tarompah. Pejabat buka sepatu, tukang becak juga buka sepatu. Tentara buka sepatu, sipil juga buka sepatu. Tak ada warga kelas satu di masjid. Aturan tidak tertulis itu dipatuhi semua pihak. Tidak ada yang protes.
Baca lebih lanjut

Lelaki yang Mengidam

MUHAMMAD SUBHAN

Ini pertama kali saya melihat sesuatu yang aneh pada diri Bram, suami saya, setelah sepuluh tahun kami menikah. Tiba-tiba saja dia menyukai bunga. Ya, sekali lagi saya katakan, Bram suka bunga. Sangat bertentangan dengan kebiasaannya sehari-hari yang saya ketahui.

Hari itu Senin, tanggal 14 Mei. Pagi-pagi sekali Bram sudah bangun. Dia tidak ke kantor. Ketika matahari belum terbit, Bram sudah berada di pekarangan rumah. Mulanya saya tidak terlalu memerhatikan gelagatnya. Tapi ketika dia mulai menyiangi halaman yang selama ini kurang terawat, saya jadi heran. Bram dengan cekatan menata letak pot bunga, mengganti pot yang sudah retak, serta memindahkan posisi pot yang tidak sesuai di tempatnya. Tentu juga menyiapkan beberapa pot yang akan ia tanami dengan bunga-bunga yang baru.
Baca lebih lanjut