Outbound dan Hiking ala Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ dan Pondok Baca ‘Togok’

Keceriaan siswa Kelas Menulis 'Tanda Baca' dan para relawan Pondok Baca 'Togok'

Keceriaan siswa Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ dan para relawan Pondok Baca ‘Togok’

MUHAMMAD SUBHAN
Padang Panjang

Ada potensi wisata alam tersembunyi di Padang Panjang. Belum terjamah pemerintah, tapi mulai diminati masyarakat. Jika dipoles tangan-tangan terampil, alamat dapat ‘dijual’ ke wisatawan.

LANGIT di kaki Singgalang pagi itu berawan. Rancak. Tidak seperti hari biasanya rinai turun. Kali itu, hari baik. Baik pula untuk beraktivitas.

Pukul 7.30, sekelompok siswa tampak berkumpul di sebuah rumah, di Pasar Usang, Padang Panjang. Di rumah itu, setiap pekan dibuka Kelas Menulis. Namanya ‘Tanda Baca’, binaan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia. Ada 20 siswa seusia SD, SMP dan SMA, belajar di rumah itu. Gratis, tidak dipungut biaya.

Dan, Ahad, 18 Desember 2016, pagi, siswa Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ melakukan aktivitas belajar di luar kelas; hiking dan outbound. Tujuannya Pondok Baca ‘Togok’ di Tanjung, Kelurahan Ganting, Padang Panjang.

Mereka berjalan kaki. Berpakaian kaos lengan panjang, celana training, dan sepatu olahraga. Tampak senyum semringah dan keceriaan terpancar di wajah mereka.

Setiba di Pondok ‘Togok’, siswa disambut sejumlah relawan. Mereka dipersilakan masuk dan duduk di pondok yang di bawahnya ada kolam ikan. Siswa diberi arahan terkait panduan selama kegiatan.

Usai doa bersama, rombongan siswa dilepas, berjalan melintasi pematang sawah lembab. Relawan ‘Togok’ memandu selama perjalanan.

Angin bertiup sepoi. Selama perjalanan yang mengasyikkan itu, siswa disambut pemandangan persawahan indah. Padi sedang menghijau, di beberapa tumpak telah menguning. Selain itu ada ladang cabai, seledri, kol, bawang, kentang, dan tanaman dapur lainnya.

Setelah beberapa kilometer berjalan, rombongan siswa bertemu sepetak lahan kosong. Bekas sawah yang tak terpakai lagi. Di lokasi ini, siswa dikumpulkan, diberi arahan bahwa perjalanan masih panjang untuk ditempuh.

“Di sebelah kiri kita, ada lembah dalam. Adik-adik akan turun, hati-hati, sebab jalan licin dan terjal,” ujar Zalmasri, Ketua Pondok Baca ‘Togok’, pimpinan kegiatan tersebut.

Siswa mengangguk, paham. Tidak menunggu lama, rombongan kembali berjalan. Kali ini menuruni tebing bukit yang ditumbuhi pepohonan lebat. Di bawah telah menunggu beberapa relawan yang menyambut siswa, agar tidak terpeleset atau terjatuh. Tipografi tanah bukit yang sangat miring, membahayakan keselamatan jika tidak berhati-hati. Apalagi jika tidak berpengalaman.

Syukurlah, rombongan siswa mampu melewati rintangan tersebut. Setiba di bawah, tersibaklah panorama alam yang manakjubkan mata. Di lembah sempit itu, dari atas bukit, tumpah air terjun yang mengalirkan air di antara bebatuan di bawahnya.

“Ini namanya Air Terjun Kapalo Lumbuang. Sumber airnya dari aliran irigasi persawahan di atas,” kata Zalmasri menjelaskan. “Jika musim hujan, airnya bisa sangat deras,” tambahnya lagi.

Sejak beberapa bulan terakhir, para pegiat Pondok Baca Togok melakukan bersih-bersih di areal air terjun itu. Sampah-sampah dipungut. Pohon tumbang disingkirkan. Jalan di antara tebing bukit dibuat, sebagai rute perjalanan jika suatu hari nanti ada kegiatan hiking lainnya.

“Bahkan ada teman-teman yang memberi nama air terjun ini dengan Air Terjun Togok,” kata Zalmasri sembari tertawa.

Melihat asrinya pemandangan alam dan air terjun yang indah, membuat rombongan siswa Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ tidak sabar. Mereka pun mendekat ke air terjun. Bahkan di antara mereka rela berbasah-basah menikmati sentuhan air yang jatuh dari atas bukit.

“Asyik, ini pengalaman yang luar biasa buat kami,” kata Sheni Olvianda dan Sri Muthia, siswa Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ mengungkapkan kegembiraan mereka.

Pantauan Rakyat Sumbar, areal air terjun Kapalo Lumbuang tersebut layak dijadikan objek wisata. Jika dibenahi dengan membuat kolam pemandian, bisa menampung debit air yang lebih besar—namun begitu, kebersihan air juga perlu menjadi perhatian. Sementara kondisi saat ini dasar kolam dangkal, berbatu, dan air mengalir ke anak sungai yang membelah lembah sempit itu.

Tak jauh dari air terjun pertama, rombongan siswa menemukan air terjun kedua, namun air yang jatuh di air terjun kedua lebih kecil debitnya dibanding air terjun pertama. Kedua air terjun ini sama-sama memiliki panorama yang indah.

Outbound dan Baca Puisi

Sehabis menikmati Air Terjun Kapalo Lumbuang yang eksotis, siswa Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ kembali mendaki bukit. Kali ini jalan setapak benar-benar basah dan licin, sebab siang itu hujan turun meski tidak lebat.

Siswa harus berhati-hati melangkah jika tidak ingin tergelincir. Untunglah banyak ranting dan akar pepohonan yang dapat dijadikan pegangan, selain dibantu relawan Pondok Baca ‘Togok’ di setiap medan sulit.

Tampak juga kesulitan para siswa mendaki bukit yang terjal dan tinggi. Jika diukur dari atas, diperkirakan dalamnya lembah sekira 20 meter. Mereka terus naik di antara napas yang tersengal sebab kelelahan.

Syukurlah, tak lama kemudian, siswa berhasil melewati rintangan. Di tepi anak air yang mengalir, mereka duduk rehat, mengatur kembali jalan napas, minum seteguk dua teguk untuk melepas dahaga dan menguatkan persendian.

Selesai istirahat, siswa dintruksikan berjalan lagi, menyisiri pematang sawah yang ditumbuhi padi dan pohon cabai yang buahnya menghijau. Angin yang bertiup lembut melenakan mata, menciptakan bayangan secangkir kopi yang tentu di tengah perjalanan itu tak ada warung kopi.

Di sebuah hamparan tanah lapang berumput, bekas sawah yang tidak terpakai, rombongan berhenti. Di bawah komando Ketua Pondok Baca ‘Togok’, Zalmasri, siswa diperintahkan membentuk lingkaran. Di lokasi ini siswa bermain game. Dalam bermain itu, mereka tampak gembira, pecah gelak-tawa. Tidak peduli jika pakaian sudah kumuh terkena lumpur, atau kepala basah tersiram air.

Tak lama kemudian, suasana bertambah ramai, sebab tiba-tiba di tengah acara datang rombongan mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang. Mereka ingin melihat aktivitas Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ dan Pondok Baca ‘Togok’.

Menjelang penutupan acara, siswa disuruh membaca puisi. Seorang siswa, Anggun Faza, maju ke depan, disambut tepuk tangan, lalu ia membacakan puisi ‘Istanbul’, karyanya. Ketua Pondok Baca ‘Togok’ Zalmasri juga ikut membacakan puisi berjudul ‘Huesca’ karya penyair John Cornford yang diterjemahkan dengan sangat bagus oleh Chairil Anwar.

Sehabis baca puisi, siang semakin mengkal. Azan zuhur berkumandang. Waktu pulang tiba. Rombongan siswa berkemas, lalu para relawan Pondok Baca ‘Togok’ menunjuk jalan pulang, yang tentu bukan jalan di saat datang. Jalan lain, melewati jembatan besi panjang yang di bawahnya jurang dalam menganga. Lebar. Gemetar juga kaki melangkah melihat ke bawah.

Setiba di seberang, kiri kanan jalan terhampar ladang kol yang masih muda, sawah-sawah dengan batang padi meliuk-liuk diterpa angin. Ada kolam ikan dan bendungan irigasi yang harus diseberangi pula. Sepatu yang semula sudah kering kini basah lagi oleh air sawah dan lumpur. Ada juga yang nyaris terpeleset, sebab jalan pematang yang licin.

Tidak lama kemudian, siswa tiba di markas Pondok Baca ‘Togok’. Tampak wajah lega dan ceria, sebab perjuangan selesai sudah.

Di lokasi pondok, siswa rehat, melepas penat dan lelah. Ada yang duduk di pinggir kolam, menjuntai-juntaikan kaki di air kolam yang tenang, merasakan sejuknya air yang menembus masuk ke pori-pori kulit.

Tak lama kemudian, makan siang berupa nasi bungkus dibagikan. Siang itu makan terasa nikmat, sebab perut lapar dan badan lelah. Selera bertambah. “Alhamdulillah, makan bersama ini sangat berkesan, penuh keakraban dan kekeluargaan,” ujar Erman Marlaut, salah seorang pendamping Kelas Menulis ‘Tanda Baca’.

Sehabis makan, siswa dihibur Pak Niki Martoyo, pendongeng profesional asal Kota Padang Panjang. Di saat mendongeng, siswa Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ berbaur dengan anak-anak binaan Pondok Baca ‘Togok’. Mereka sangat terhibur dengan dongeng-dongeng segar yang disampaikan Pak Niki.

Pak Niki bukan saja mahir bercerita, tapi juga pandai membuat siswa tertawa. Dan, sesi dongeng yang disampaikan Pak Niki menutup pertemuan Kelas Menulis ‘Tanda Baca’ di Pondok Baca ‘Togok’. Merekan pun pamit, namun menitip harap suatu hari nanti akan datang kembali, mengikuti kegiatan lain lagi, yang lebih asyik dan menyenangkan.(*)

Diterbitkan di:
HARIAN RAKYAT SUMBAR EDISI SABTU, 24 DESEMBER 2016

Tinggalkan komentar